Saya penderita Vertigo. Menurut beberapa sumber disebabkan oleh asupan oksigen yang kurang ke otak. Jangan ditanya nikmatnya ketika serangan itu datang. Dunia seakan hendak kiamat. Hancur. Berguling dan berputar.

Seorang kawan menyarankan untuk selalu menggunakan masker setiap bepergian. Secara logika, udara yang kita hirup sepanjang hari bukan lagi udara murni yang baik untuk pernapasan kita. Paru-paru kita sudah tercemar. Wajar jika oksigen makin langka di pasaran. Terlebih ketika daratan Riau dihujam asap. Kondisi tahunan yang terjadi setiap datang musim kemarau. Kalau sudah seperti itu, ingin rasanya pensiun nanti hijrah ke suatu tempat yang indeks pencemarannya rendah.

Saat pandemi Corona hingga saat ini sudah memakan banyak korban, hilangnya masker di pasaran sangat disesalkan. Bukan masyarakat umum, tetapi orang-orang yang paling membutuhkan pun harus berteriak kekurangan APD. Ironis sekali.

Seorang teman SMA mengunggah sebuah postingan tentang aktivitasnya menjahit masker kain. Tergerak untuk memesannya. Bukan karena latah, tetapi karena saya pengguna masker pada saat atau tidak ada wabah.

Akhirnya, saya mendapati sebuah anjuran tentang masker di media TV semalam. Masker N95 untuk mereka yang kontak langsung dengan penderita, masker bedah untuk paramedis, dan masyarakat umum cukup menggunakan masker kain 3 lapis yang cukup mengatasi penularan atau mampu menjaga pernapasan kita saat social distancing.

Wahai, Anda penimbun masker; setelah ini masker Anda tidak laku karena kami punya solusi.

#mask4all

#maskerkainoke